Buat temen-temen, jangan ragu jika ingin berkarya. Terkhusus untuk nulis suatu karangan. Ayo ekspresikan dirimu dengan karyamu! Jangan malu dengan hasil tulisanmu karena, justru itu yang akan mengekspresikan siapa dirimu dan bahkan bisa menginspirasi banyak orang loh. Nih, saut juga lagi latihan buat cerpen, ya cerpen ala kadarnyalah, yang penting uda ada niat mau mencoba berkarya dalam tulisan heheheh. semoga ada yang terinspirasi dengan tulisan ini , heheheh (Ngarep) :D:D:D
*******
THE X
By : Saut Sejali Sauhur Hutapea
Aku tidak pernah berpikir ternyata rasanya sangat menyakitkan pada keadaan dan posisi seperti ini. Rasa sesak di dada, pikiran yang berlalu-lalang tak menentu kemana arahnya dan rasa kekhawatiran akan jati diri sendiri menjadi rintangan dalam menjalani kehidupan ini. Aku selalu bertanya-tanya apa yang salah dalam kehidupan ini. Semua yang ada seakan benar-benar hidup berputar seolah olah berada disekeliling bola yang sewaktu-waktu dapat bergelinding dan berputar.
Tertawa puas, berbual dengan bahan yang ada, semua kata-kata yang keluar dari mulut kecil ini bahkan mampu membelah laut teberau. Tak merasa pahit bahkan gatal lidah ini saat melontarkan kata-kata yang berasal dari dalam pikiran ini. Semua terucap seolah-olah setiap kata dari bibir kecil ini tidak perlu dipikirkan bahkan dipertimbangkan karena sudah merasa bahwa semuanya telah terangkai sempurna. Ya, dulu aku menganggap bahwa akulah yang terbaik dari suatu lingkungan yang kuanggap itu adalah kekuasaanku. Bak katak dalam tempurung aku menganggap bahwa akulah yang terbaik, itulah aku yang dulu. Apapun yang kulakukan seluruhnya adalah kehendak ku. Memaki, mem-bully tanpa memikirkan perasaan orang adalah keahlianku.
“Bodoh!”
“Kampungan!”
“Tak sudi!”
Begitu banyak kata-kata yang tak layak selalu menghiasi lirik puisi kehidupan yang keluar dari mulut berdosa ini.
Untuk membela diri terkadang aku berpikir mungkin karena aku masih remaja yang hormonnya bergejolak kala itu dan masih menikmati indahnya masa remaja di SMA. Namun, itu tak membenarkanku. Itu adalah tabiat yang memang terbangun oleh karena ke-egoisanku yang berpikir apatis tak mempedulikan perasaan orang lain, tak dapat dikoreksi dan semua hal kuanggap hanya akulah mutlak kebenaran itu. Tak seorangpun yang dapat menyangkalku. Bahkan sangkalan pun tak mempan padaku. Semua orang yang ter-“cap” olehku bahkan tak berani menatap mata kebencianku. Mereka bahkan diasingkan dan direndahkan dengan cacianku. Bak seperti virus kata-kata tajamku pun tertular dengan cepat. Hanya kesedihan bahkan tetesan air matalah yang dapat memadamkan api dari percikan perkataanku. Sehingga tiada artilah kecerdasan dan kehebatan logika yang diberikan Tuhan kepada ku.
Bumi memang berputar, bagaikan roda sepeda yang dikayuh akupun tecampak diporos yang sama. Serasa tempurung yang mengurungku terbuka dan mataku melihat ke segala arah. Sifatku yang keras seperti batu tak dianggap disekelilingku. Aku tak dihiraukan, bahkan sindiran selalu terhempas kepadaku. Semua cacian dan kucilan yang ku dapat karena sifat apatisku. Semua orang tak ingin bersahabat denganku bahkan tak jarang ada yang mengasingkanku. Saat permulaan aku menganggap biasa-biasa saja dengan serangan-serangan itu.
“Mungkin karena masih baru saja Lulus SMA.”
Namun setelah kusadari ternyata waktu pun tak bisa menghapuskan rasa sakitku. Serangan bertubi-tubi selalu datang kepadaku. Aku selalu mencoba bertahan dan terus bertahan di segala waktu. Namun apa daya, yang salah memang sifat ku. Aku hanya bisa menerima segala apapun yang menimpa ku. Tanpa harus merontah ataupun membantah.
Sekarang aku hanya bisa meratapi kisah hidupku. Dan tiba-tiba terlintas kenangan masa SMA dulu. Ku coba mencari lembaran foto sisa kenangan SMA di album foto. Terlintas aku melihat wajah orang-orang yang selalu bersedih karena ulah ku. Tak bisa aku membendung rasa sedih dan rasa bersalah sampai-sampai tetesan air merobek kantung mata ku. Aku bahkan tak pantas untuk menyesal. Begitu banyak hati tergores luka. Andai waktu itu aku tersadar, aku akan memohon maaf dan memeluk mereka.
*****
0 komentar:
Post a Comment